Home » Articles posted by Administrator
Author Archives: Administrator
Pengertian Business Continuity and Disaster Recovery Plan
Kali ini saya akan membahas tulisan yang saya lihat menarik untuk dibahas terkait dengan banyaknya musibah yang sering terjadi (gempa bumi, kebakaran, banjir, serangan hacker, dll). Tema yang saya angkat adalah mengenai definisi dari Business Continuity (Keberlanjutan Bisnis) dan Disaster Recovery (pemulihan Bencana).
Apa itu Business Continuity Plan & Disaster Recover Plan ?
Business Continuity Plan diciptakan untuk mencegah gangguan terhadap aktivitas bisnis normal. BCP dirancang untuk melindungi proses bisnis yang kritis dari kegagalan/bencana alam atau yang dibuat manusia dan akibatnya hilangnya modal dalam kaitannya dengan ketidaktersediaan untuk proses bisnis secara normal. BCP merupakan suatu strategi untuk memperkecil efek gangguan dan untuk memungkinkan proses bisnis terus berlangsung.
Peristiwa yang mengganggu adalah segala bentuk pelanggaran keamanan baik yang disengaja ataupun tidak yang menyebabkan bisnis tidak bisa beroperasi secara normal. Tujuan BCP adalah untuk memperkecil efek peristiwa mengganggu tersebut pada perusahaan. Tujuan BCP yang utama adalah untuk mengurangi risiko kerugian keuangan dan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam proses pemulihan sesegera mungkin dari suatu peristiwa yang mengganggu. BCP juga membantu memperkecil biaya yang berhubungan dengan peristiwa yang mengganggu tersebut dan mengurangi risiko yang berhubungan dengan itu.
Berikut daftar peristiwa-peristiwa yang dapat mengganggu kesinambungan bisnis yang digolongkan pada sumber terjadinya, akibat alam atau akibat ulah manusia.
Contoh peristiwa alami yang dapat mempengaruhi kesinambungan layanan adalah sebagai berikut:
- Kebakaran atau ledakan
- Gempa bumi, badai, banjir, dan kebakaran alami
Contoh peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang dapat mempengaruhi kesinambungan layananadalah sebagai berikut:
- Peristiwa pemboman, sabotase, atau serangan lain yang disengaja
- Kegagalan infrastruktur komunikasi
Contoh peristiwa yang diakibatkan oleh Teknologi Informasi yang dapat mempengaruhi kesinambungan layanan adalah sebagai berikut :
- Kegagalan Fungsi Server dimana Server down / mati
- Virus Komputer
- Kegagalan fungsi software sehingga menyebabkan gangguan pada aplikasi
Disaster Recovery Plan (DRP) adalah suatu pernyataan yang menyeluruh mengenai tindakan konsisten yang harus diambil sebelum, selama, dan setelah suatu peristiwa yang mengganggu dan menyebabkan suatu kerugian penting sumber daya sistem informasi.Disaster recovery planadalah prosedur untuk merespons suatu keadaan darurat, menyediakanbackupoperasi selama gangguan terjadi, dan mengelola pemulihan dan menyelamatkan proses sesudahnya.
Sasaran pokokDisaster RecoveryPlan adalah untuk menyediakan kemampuan dalam menerapkan proses kritis di lokasi lain dan mengembalikannya ke lokasi dan kondisi semula dalam suatu batasan waktu yang memperkecil kerugian kepada organisasi, dengan pelaksanaan prosedur recovery yang cepat.
Secara umum tujuan DRP yang utama adalah untuk menyediakan suatu cara yang terorganisir untuk membuat keputusan jika suatu peristiwa yang mengganggu terjadi. TujuanDisaster RecoveryPlan adalah untuk mengurangi kebingungan organisasi dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk berhubungan dengan krisis tersebut.
Ketika suatu peristiwa yang mengganggu terjadi, organisasi tidak akan mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan melaksanakan suatu rencana pemulihan dengan segera. Oleh karena itu, jumlah perencanaan dan pengujian yang telah dilakukan sebelumnya akan menentukan kemampuan organisasi tersebut dalam mengangani suatu bencana.
DRP mempunyai banyak sasaran, dan masing-masing sasaran tersebut penting. Sasaran-sasaran tersebut meliputi:
- Melindungi suatu organisasi dari kegagalan penyediaan jasa komputer.
- Memperkecil risiko keterlambatan suatu organisasi dalam menyediakan jasa
- Menjamin keandalan sistem melalui pengujian dan simulasi
- Memperkecil pengambilan keputusan oleh personil selama suatu bencana
Untuk sementara demikian pembahasan mengenai definisi dari BC & DR. Nanti dilain waktu akan saya lanjutkan mengenai , tujuan & bagaimana pendekatan menangani resiko tersebut.
47% Proyek TI Gagal, Apa Sebabnya?
Jakarta – Dari hasil studi di sektor teknologi informasi (TI), tercatat ada sekitar 47% proyek yang gagal mencapai tujuan akhir yang disebabkan oleh persyaratan manajemen yang buruk.
Demikian disampaikan Hendra Kusumawidjaja, Direktur Pengembangan Bisnis Equine Global dalam acara bertajuk ‘Avoid Failed System Implementation’ di Hotel JW Marriot, Jakarta.
Masalah kegagalan implementasi sistem manajamen bisnis ini pula yang melatarbelakangi Equine Global menggelar seminar bagi para pelaku bisnis yang membutuhkan bantuan dalam mengidentifikasi dan mengembangkan kebutuhan bisnis yang tepat.
“Persaingan bisnis serta semakin tingginya tuntutan pelanggan, memaksa perusahaan untuk meletakkan unsur governance, manajemen risiko serta kesesuaian dengan aturan atau standar regulator menjadi hal yang sangat penting, agar TI dapat benar-benar memberikan dukungan kepada pengembangan bisnis perusahaan,” tutur Hendra di Jakarta, Kamis (6/10/2016).
(more…)
Bagaimana Menyelaraskan Tujuan Bisnis Perusahaan/ Strategi Perusahaan dengan Tujuan TI/ Strategi TI ?
Pada artikel sebelumnya yang sudah dibahas mengenai “Tata Kelola IT dengan menggunakan framework COBIT”. Dimana dalam pembahasan tersebut membicarak mengenai mengenai spesifik dari Frame Work COBIT.COBIT (Control Objectives for Information and related Technology) merupakan standar Tata Kelola TI yang dikembangkan oleh IT Governance Institute (ITGI), yaitu sebuah organisasi yang melakukan studi tentang model Tata Kelola TI yang berbasis di Amerika Serikat. Berbeda dengan standar-standar Tata Kelola TI lainnya, COBIT mempunyai cakupan yang lebih luas, komprehensif, dan mendalam dalam melihat proses pengelolaan TI.
Pada pembahasan Kali ini, saya akan membahas mengenai Bagaimana menyelaraskan strategi bisnis/ tujuan bisnis (Bisnis Goal) perusahaan dengan tujuan TI/ (IT Goal)
Mengenai Strategi Penyelarasan (strategic alignment)
Saat ini Teknologi Informasi (TI) di dalam bisnis menempati peran yang lebih kritikal dibandingkan sebelumnya. Beranjak dari sekedar bagian dari faktor biaya menjadi service yang memberikan kontribusi kepada pencapaian tujuan bisnis. Menyelaraskan TI dengan kepentingan bisnis yang biasa sering kita sebut sebagai penyelarasan strategis (strategic alignment) merupakan tantangan besar bagi managemen TI dan juga tentu bagi managemen bisnis secara umum.
Dalam banyak literatur mengenai managemen TI terdapat banyak definisi terkait dengan konsep penyelarasan (alignment) ini. Salah satu definisi yang cukup baik dinyatakan oleh Chan Y.E. (2002) yang menyatakan bahwa strategic alignment adalah derajat keterkaitan dimana misi, tujuan, dan perencanaan fungsi TI didukung oleh misi, tujuan, dan perencanaan bisnis perusahaan. Dalam kesempatan lain, ia juga menyatakan bahwa strategic alignment adalah kesesuaian antara prioritas dan aktivitas dari fungsi TI dengan unit-unit bisnis yang ada.
Untuk menjawab tantangan ini, maka suatu organisasi harus memiliki pemahaman yang jernih dan mendalam terhadap tujuan bisnis perusahaan dan bagaimana tujuan TI dan proses-proses TI bisa mendukung pencapaian tujuan bisnis tsb. Setiap organisasi harus memiliki tujuan bisnis, strategi bisnis, dan mengkomunikasikannya kepada seluruh komponen organisasi agar mereka mau mengadopsinya. Yang seringkali terjadi adalah strategi atau tujuan bisnis tidak secara formal tertulis akibatnya banyak pihak di dalam organisasi secara umum tidak menyadari keberadaannya.
Sebaiknya sedari awal manager TI dilibatkan dalam proses pendefinisian strategi bisnis khususnya pada organisasi atau perusahaan yang model bisnisnya sangat tergantung kepada TI sebagaimana dipromosikan oleh kerangka Tata Kelola TI COBIT (Control Objectivers for Information and Related Technologies) yang dinyatakan dalam salah satu control objective-nya bahwa arah tujuan bisnis dan keselarasannya dengan TI harus benar-benar dapat dipahami. Bisnis dan strategi TI harus terintegrasi, secara jelas menunjukkan keterkaitan antara tujuan perusahaan dengan tujuan TI, dan dapat mengidentifikasi peluang yang muncul namun dengan tetap memahami keterbatasan kapasitas yang ada saat ini, serta dikomunikasikan secara luas ke semua pihak yang berkepentingan di dalam organisasi.
Adapun tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam penyelarasan Strategi Bisnis Perusahaan dengan Tujuan TI adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : Identifikasi dan Validasi
Dalam fase pertama dilaksanakan proses identifikasi dan validasi tujuan bisnis (Business Goals) dari suatu organisasi atau perusahaan. Tujuan bisnis yang diidentifikasi adalah tujuan bisnis yang bersifat jangka panjang yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam waktu empat atau lima tahun ke depan. Biasanya tujuan ini terdapat di dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP)/ Renstra (Rencana Strategis)/ Rencana Kerja 5 tahun (Activity Plan 5 tahun) dan bila tidak ada maka diperlukan diskusi dan brainstorming dengan para top management (direksi dan manager) untuk menggali tujuan bisnis perusahaan sekaligus memvalidasinya.
Tujuan bisnis akan berbeda-beda pada setiap organisasi bisnis tergantung pada jenis industrinya masing-masing. Jumlahnya juga bisa beragam, ada yang menginventaris tujuan bisnis dengan jumlah yang banyak namun di lain pihak ada juga yang jumlahnya tidak begitu banyak. Hal ini tidak menjadi masalah. Tapi secara umum akan mempengaruhi penentuan jumlah tujuan TI dan proses TI yang akan dilibatkan dalam mendukung proses bisnis perusahaan untuk meraih tujuan bisnisnya.
Pentingnya IT Steering Comitee/ Komite Pengarah IT dalam Tata Kelola IT (IT Governance)
Pada artikel sebelumnya yang sudah dibahas mengenai “Tata Kelola IT dengan menggunakan framework COBIT”. Dimana dalam pembahasan tersebut membicarak mengenai mengenai spesifik dari Frame Work COBIT.COBIT (Control Objectives for Information and related Technology) merupakan standar Tata Kelola TI yang dikembangkan oleh IT Governance Institute (ITGI), yaitu sebuah organisasi yang melakukan studi tentang model Tata Kelola TI yang berbasis di Amerika Serikat. Berbeda dengan standar-standar Tata Kelola TI lainnya, COBIT mempunyai cakupan yang lebih luas, komprehensif, dan mendalam dalam melihat proses pengelolaan TI.
Pada pembahasan Kali ini, saya akan membahas mengenai pentingnya IT Steering Comitee (Komite Pengarah IT) dalam Pengelolaan IT (Tata Kelola IT / IT Governance).
Apa yang dimaksud IT Steering Comitee/ Komite Pengarah IT ?
Komite Pengarah TI adalah sebuah Badan/ Team administratif yang dibentuk dari berbagai bagian/ Department/ Unit Bisnis yang ada suatu organisasi/ perusahaan dimana berfungsi untuk melakukan monitoring dan memprioritaskan proyek-proyek IT dari perspektif lintas fungsional. Dua hal utama yang harus diperhatikan dalam Komite pengarah IT adalah sebagai berikut:
- Komitee Pengarah IT membantu memastikan bahwa strategi TI sejalan dengan tujuan strategis organisasi.
- Perwakilan Bagian/ Department/ Unit bisnis diwakili dalam komite pengarah memiliki kewenangan tertinggi atas keputusan strategis IT yang akan berdampak proses – proses yang ada perusahaan.
- Komite pengarah IT melakukan pemilihan prioritas proyek-proyek IT (skala besar), persetujuan proyek TI, dan perencanaan strategis TI yang didasarkan atas sejalan dengan tujuan bisnis. (more…)
Tata Kelola IT dengan menggunakan Frame Work COBIT
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dengan judul Tata Kelola TI – Sebuah Konsep Pengelolaan TI yang bersinergi dengan Tata Kelola Perusahaan. Dimana pada tulisan tersebut Kami membahas mengenai Perlunya pengelolaan Teknologi Informasi, dimana sering kita mendengar istilah Tata Kelola IT (IT Governance). Tata Kelola TI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance). Teknologi Informasi (TI) adalah faktor penting dalam meraih sukses di era ekonomi informasi ini.
Pada pembahasan kali ini Kami akan membahas mengenai spesifik dari Frame Work COBIT.COBIT (Control Objectives for Information and related Technology) merupakan standar Tata Kelola TI yang dikembangkan oleh IT Governance Institute (ITGI), yaitu sebuah organisasi yang melakukan studi tentang model Tata Kelola TI yang berbasis di Amerika Serikat. Berbeda dengan standar-standar Tata Kelola TI lainnya, COBIT mempunyai cakupan yang lebih luas, komprehensif, dan mendalam dalam melihat proses pengelolaan TI.
COBIT memungkinkan perusahaan mengembangkan kebijakan yang jelas dan praktek-praktek terbaik (best practices) untuk pengendalian TI. COBIT dirancang sebagai tool Tata Kelola TI guna membantu managemen dalam mengelola dan memahami resiko-resiko bisnis dan keuntungan-keuntungan yang berhubungan dengan informasi dan TI terkait. Dalam mendukung Tata Kelola TI, COBIT menyediakan kerangka kerja yang memastikan bahwa TI telah diselaraskan dengan bisnis, sumberdaya TI telah digunakan secara bertanggungjawab, dan resiko-resiko TI ditangani dengan tepat.
Pada dasarnya struktur COBIT terdiri dari ringkasan eksekutif (executive summary), kerangka kerja (framework) berorientasi bisnis yang mencakup seluruh aktifitas TI, pedoman manajemen (management guidelines), sasaran pengendalian rinci (detailed control objectives), pedoman audit (audit guidelines), dan kumpulan alat implementasi (implementation tool set).
Prinsip Dasar Kerangka Kerja COBIT
Kerangka kerja COBIT merupakan kumpulan praktek-praktek terbaik (best practices) dan bersifat generik, digunakan sebagai acuan dalam menentukan sasaran kendali (control objectives) dan proses-proses TI yang diperlukan dalam pengelolaan TI.
RACI Chart ,suatu metode mengelola pekerjaan team dengan mudah
Sering kali dalam setiap pekerjaan terutama dalam team, kita sering mendengar kata – kata keluhan dari rekan kerja seperit :
- “Semua orang melakukan pekerjaan yang sama , dan pada saat diminta pertanggung jawaban sering kali, maaf ini bukan tanggung jawab saya “
- “Memang saya yang bertangung jawab terhadap dokkume ini, tetapi saya tidak mempunyai otorisasi untuk menyelesaikan sampai tuntas”
- “Proses persetujuan atas dokumen yang lama, dimana disebabkan karena kekawatiran orang / atasan akan pertanggung jawaban dokumen tersebut, sehingga berakibat proses yang lama”
(more…)
Tata Kelola TI – Sebuah Konsep Pengelolaan TI yang bersinergi dengan Tata Kelola Perusahaan
Latar Belakang Tata Kelola TI
Pada Tulisan Kali ini, saya akan membahas mengenai Perlunya pengelolaan Teknologi Informasi, dimana sering kita mendengar istilah Tata Kelola IT (IT Governance). Tata Kelola TI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance). Teknologi Informasi (TI) adalah faktor penting dalam meraih sukses di era ekonomi informasi ini. Bahkan saat ini TI adalah bagian sentral dari banyak operasi bisnis khususnya di bidang managemen finansial. Sebagai akibatnya Tata Kelola Perusahaan (Enterprise Governance) dan Tata Kelola TI (IT Governance) tak dapat lagi dikatakan sebagai dua hal yang terpisah. Tata kelola perusahaan yang efektif fokus pada individu dan sekumpulan ahli berpengalaman yang bekerja secara produktif, dimana kinerjanya dapat dimonitor dan diukur, serta memberikan jaminan bahwa setiap issu-issu kritikal yang muncul dapat segera ditangani. Di pihak lain TI telah lama dikenal sebagai enabler bagi strategi perusahaan, dan merupakan bagian tak terpisahkan dari strategi itu sendiri.
Tata kelola TI memberikan suatu dasar struktur yang mengaitkan dan menyelaraskan proses-proses TI, sumberdaya TI, serta informasi yang dibutuhkan perusahaan dalam mengimplementasikan strateginya untuk meraih target-target yang telah dicanangkan. Tata kelola TI mengintegrasikan serta mengoptimalisasikan metode untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan akuisisi dan implementasi, delivery dan support, serta monitoring dan evaluasi kinerja TI. Hal yang penting untuk diketahui bersama bahwa Tata Kelola TI adalah bagian tak terpisahkan dari sukses pelaksanaan Tata kelola Perusahaan dengan cara memastikan adanya peningkatan yang terukur terhadap efisiensi dan efektivitas proses-proses bisnis perusahaan.
Gambar 1.1 Kerangka pengendalian dan peningkatan berkelanjutan
BPRE (Business Process Re-Engineering) = menyederhanakan proses bisnis
Dalam kegiatan operasional perusahaan, sering kali kita menemukan terjadinya hal-hal yang dirasa tidak efisien dalam beberapa proses sehingga berdampak proses yang dirasa tidak efektif dan yang paling ekstrem adalah menyebabkan biaya yang cukup tinggi dalam operasional perusahaan. Biaya operasional yang tinggi (overhead) akan berdampak kepada meningkatnya harga penjualan suatu barang maupun jasa. Dengan meningkatnya harga penjualan tersebut mengakibatkan persaingan pada dunia industry semakin tidak kompetitif, apalagi dijaman sekarang ini dimana pelanggan lebih berfokus kepada harga, karena memang faktor ekonomi global yang semakin menurun. Jika perusahaan tidak bisa bersaing dalam harga serta tidak melakukan inovasi baru, akan mungkin terjadi perusahaan tersebut akan ditinggalkan oleh pelanggannya, karena pelanggan yang lama akan beralih kepada produk lainnya (produk pengganti) yang sama fungsinya.
Perlu diingat bahwa setiap perusahaan harus bisa survive dalam menghadapi setiap tantangan . Saat ini dimana ekonomi sedang menurun, harusnya perusahaan melakukan improvement/ perbaikan disetiap proses yang ada, dimana seluruh bagian harus berkontribusi untuk melihat kembali proses-proses mana yang dirasa kurang efektif dan banyak terjadi pemborosan (waktu, biaya). Dengan perananan inisitaif dari puncak pimpinan (top management) dan dilakukan baik seluruh pihak (midlle management, maupun operasional). Banyak metode yang digunakan untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan dengan metode six sigma, kaizen (SS, QCC, QCP). BPRE (Business Process Re-engineering) atau sering dikenal dengan Rekayasa ulang Proses Bisnis adalah suatu model pendekatan dengan cara melihat proses-proses yang ada apakah ada proses yang tidak efektif & efisien sehingga bisa menimbulkan terjadinya pemborosan (waktu & biaya) dan memperbaiki proses-proses tersebut (menyederhanakan) (memisahkan proses lama kepada proses baru) sehingga bisa berdampak kepada proses yang dirasa efektif & efisien, biasanya indicator efektif dan efisien adalah dengan mengukur/ membandingkan baik secara waktu sebelum perubahan proses dengan sesudah proses, dimana seharusnya proses yang terjadi bisa lebih cepat, begitu pula jika diukur/ dibandingkan dengan biaya, seharusnya BPRE yang baik bisa menimbulkan pemangkasan biaya (cost reduction) (biaya nya lebih murah).
Bagaimana mengelola Organisasi IT agar tumbuh dan berkembang bersama bisnis Perusahaan
Menarik jika mendengar suatu Perusahaan yang sudah besar, tetapi dengan organisasi IT yang secara jumlah man powernya pun cukup besar akan tetapi konsep pengelolaan organisasi IT nya belum merujuk kepada kaida-kaidah pengelolaan yang benar. Yang Saya maksud kaidah dalam hal ini adalah pengelolaan berdasarkan pendekatan “Best Practise” serta standard yang sudah ada dan banyak diterapkan pada organisasi IT lainnya dan efektif dalam membantu perusahaan untuk meningkat strategi secara menyeluruh . Diskusi ini terjadi ketika Saya mendapatkan beberapa pertanyaan dan dari beberapa teman-teman pada suatu perusahaan baik dari latar belakang non IT maupun dari latar belakang IT sendiri , seperti :
- Bagaimana mengelola organisasi IT yang benar dan Metode apa yang harus digunakan, agar organisasi IT bisa sejalan dengan kegiatan bisnis Perusahaan ?
- Bagaimana agar organisasi IT Saya tidak hanya sebagai supporting, akan tetapi sebagai mitra/ partner dalam membangun bisnsis ?
- Bagaimana jika pengelolaan IT dalam suatu group perusahaan yang baik, karena selama ini masing-masing perusahaan/ divisi pada perusahaan tersebut mempunyai organisasi IT sendiri-sendiri ?
Berdasarkan pengalaman Saya dalam membangun organisasi IT maupun berdasarkan diskusi maupun benchmarking ke beberapa perusahaan yang Saya melihatnya cukup besar dan pengelolaan IT nya sudah baik, beberapa pertanyaan tersebut akan Saya coba jelaskan satu persatu.
#1. Bagaimana mengelola organisasi IT yang benar dan Metode apa yang harus digunakan, agar organisasi IT bisa sejalan dengan kegiatan bisnis Perusahaan ?
Dalam mengelola Organisasi IT yang benar, yang perlu diperhatikan adalah bahwa pertama harus ada jiwa kepemimpinan dalam memimpin organisasi tersebut. Karena seperti yang kita ketahui bahwa dalam mengelola IT, tidak hanya kita bicara mengelola mesin yang berhubungan dengan IT akan tetapi juga kita bicara bagaimana mengelola orang. Karena orang yang terlibat dalam organsiasi IT sendiri merupakan team yang perlu juga perhatian khusus. Perhatian ini tidak hanya berbicara mengenai gaji, karir, akan tetapi kemampuan/ skill mereka yang perlu ditambah dalam bentuk perencanaan training/ pelatihan yang perlu diambil oleh masing-masing karyawan. Beberapa perhatian yang harus diperhatikan tadi sebagai dasar untuk menjaga/ retain agar karyawan kita tetap menjadi bagian dari team yang utuh dan solid terutama dalam membangun organisasi IT. Selain dari faktor pendekatan internal, pendekatan secara eksternal terutama yang berkaitan dengan kepemimpinan adalah mampu untuk bersosialisasi dengan bagian/ Department lainnya. Karena Bagian/ Department yang ada pada satu perusahaan, juga sebagai ujung tombak keberhasilan dari organisasi IT tersebut, karena tanpa dukungan dari bagian/ department yang ada, segala implementasi IT yang dilakukan di Perusahaan tidak akan berjalan lancar,s sesuai harapan organisasi. Selain dari internal perusahaan, dari sisi eksternal perusahaan pun juga perlu adanya perhatian khusus, terutama dalam menjalin kerjasama/ partnership dengan para vendor/ supplier. Karena jangan sampai karena tidak ada kerjasama yang berjalan baik, kita tidak bisa didukung oleh pihak luar (vendor/ supplier). Berdasarkan beberapa pengelaman, banyak sekali team IT pada saat terjepit (sebagai contoh, perangkat server/ router mati, sedangkan di IT sendiri tidak ada backup dan esok sudah harus digunakan oleh seluruh karyawan/ customer), maka mau tidak mau, kemampuan leadership ini yang harus diuji, terutama dalam bagaimana melakukan pendekatan/ melobi pihak vendor/ supplier untuk bisa membantu meminjamkan sementara perangkat yang ada (sebagai pengganti sementara) dari perangkat yang rusak, sehingga layanan IT tetap bisa berjalan (tanpa ada gangguan).
Selain dari pendekatan Orang, yang perlu diperhatikan lainnya adalah Metodologi yang digunakan. Kenapa Metodologi ? Karena metodologi inilah sebagai panduan/ guidance Dasar-dasar untuk pengelolaan IT yang benar. Dari metodologi yang adalah kita bisa banyak menggunakan panduan maupun tools yang tepat sehingga efektifitas maupun keakuratan data bisa berjalan lancar. Sebagai contoh, misalkan pendekatan SDLC (System Development Life Cycle), dimana pendekatan ini digunakan oleh Team IT untuk mengembangkan sistem aplikasi di perusahaan, maupun metodologi COBIT, (Control Objective for Information and Related Technology), yaitu suatu dokumentasi best practice untuk pengelolaan teknologi informasi yang dapat membantu pihak manajemen dan pengelola teknologi informasi untuk menjembatani gap antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan teknis. Masih banyak lagi metodologi yang berkaitan dengan pengelolaan IT agar organsiasi IT bisa menjadi lebih baik (efektif, efisian dan professional).
WEB Service dan manfaatnya pada Perusahaan
Bermula dari analisa kebutuhan dari para perusahaan yang saya coba tangani dalam pengerjaan IT Master Plan (IT Blue Print). Beberapa solusi (Target) terutama aspek Aristektur Sistem Informasi & Arsiktetur Teknologi, khsusunya bicara mengenai pendekatan TOGAF 9.1. Solusi yang digunakan untuk WEB SERVICE, dimana fungsi webservice ini adalah salah satunya adalah menyiasati pertukaran data dari beberapa platform. Hampir semua perusahaan saat ini tidak bisa menyelesaikan 1 masalah perusahaan cukup dengan 1 solusi aplikasi (misalkan ERP :SAP, Oracle, Microsoft Dynamic, dll), akan tetapi masih membutuhkan aplikasi-aplikasi lain untuk mengelola data bisnis perusahaan. Saat ini Web Service dalam pengembangannya sudah berkembang mulai dari Web 1.0, Web 2.0, Web 3.0, untuk detail pembahasannya rekan-rekan bisa melihat tulisan mengenai perbedaan masing-masing Web
SEBAGAI CONTOH : pada 1 Perusahaan menggunakan ERP (Enterprise Resources Planing ) dengan brand anggap “A” untuk seluruh bisnis, akan tetapi ada 1 Department/ bagian yang tidak bisa tercover dengan aplikasi ERP tersebut (disebabkan karena keterbatasan modul yang tidak tersedia), tetapi perusahaan tersebut memutuskan untuk menggunakan aplikasi tambahan yang dikerjakan secara customize (baik internal team maupun oleh konsultan/ outsource). Pada saat pelaksanaanya data tersebut dibutuhkan untuk bisa diakses (pertukaran data), atau dengan kata lain dihubungkan antara aplikasi customize dengan aplikasi ERP perusahaan. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan aplikasi Web Services.
Untuk pembahasan lebih lanjut, berikut saya coba jelaskan mengenai apa itu Web Service, kegunaannya untuk apa.